Pascasarjana FISIP Gelar Kuliah Umum Ulas Sosiologi Kepemimpinan Politik

[unsoed.ac.id, Sel, 18/04/17] Bertempat di Ruang Sidang Jurusan Hubungan Internasional, Sabtu (15/4), Program Pascasarjana Fisip mengadakan kuliah umum dengan menghadirkan Dr. Wisnu Suhardono. Putra asli Banyumas  yang lahir di Dusun Kalirajut, Desa Notog Kecamatan Patikraja ini, selain sebagai Dewan Penyantun Unsoed juga sebagai pengusaha nasional dan Ketua DPD Partai Golkar Jawa Tengah, menyampaikan materi Sosiologi Kepemimpinan Politik. Hadir dalam acara ini Wakil Rektor Bidang IV Dr. Sigit Wibowo DN, MM., Asisten Direktur I dan II Program Pascasarjana Unsoed, jajaran Dekanat FISIP Unsoed, staf pengajar FISIP serta mahasiswa program S2 dan S1.

Dekan FISIP Dr. Ali Rokhman dalam sambutannya, menyampaikan terima kasih atas kehadiran pembicara yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan kuliah umum  saat ini, juga kesediaan beliau menjadi dosen tamu yang akan rutin memberikan kuliah di Program Magister Ilmu Administrasi FISIP Unsoed. “Diharapkan materi yang merupakan gabungan dari pengalaman praktis dan teoritis dari dunia politik dan ekonomi beliau, dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mahasiswa”, tegasnya. Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang IV yang hadir mewakili Rektor Unsoed, yang menyampaikan bahwa antara teori dan praktek sering ditemukan bias, dengan demikian kehadiran Dr. Wisnu Suhardono yang merupakan praktisi dunia politik dan ekonomi serta pendidikan yang mumpuni, diharapkan dapat meningkatkan keluasan pemahaman dan berpikir mahasiswa dalam mengembangkan ilmu yang dipelajarinya.

Mengawali paparannya, pembicara menyampaikan bahwa kepemimpinan diperlukan mulai organisasi terkecil, makin besar organisasi makin besar pula kepemimpinan yang diperlukan. Kepemimpinan diperlukan untuk menjaga ketertiban dan keteraturan baik dalam bidang politik, ekonomi dan social budaya. Faktor utama keberhasilan kepemimpinan adalah kemampuan merumuskan dan mewujudkan visi dan misi calon pemimpin yang didasarkan pada kemampuan sumberdaya yang dimiliki. Disampaikan bahwa “Saat ini jauh lebih buruk daripada orde baru, orde reformasi yang bertujuan memperbaiki kekurangan-kekurangan orde baru, ternyata hingga 19 tahun berjalan belum membawa perbaikan yang signifikan”, tegasnya. Contohnya demokrasi, syarat demokrasi berjalan dengan baik adalah pendapatan masyarakat dan pendidikan minimal masyarakat, namun saat ini siapa yang kaya bisa dengan mudah jadi pemimpin tanpa melihat kualitasnya, akibatnya korupsi yang melibatkan kepala daerah dan anggota dewan merajalela. “Kriteria utama seorang calon pemimpin adalah karakter, kapasitas dan integritas. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang harus dimiliki oleh seorang calon pemimpin, dengan ketiga kriteria tersebut diharapkan akan melahirkan kepemimpinan yang memiliki sikap obyektifitas, profesionalitas dan proporsionalitas yang tinggi,  tidak seperti kondisi saat ini,” jelasnya.

Maju Terus Pantang Menyerah!

Sumber : http://unsoed.ac.id